Mengenal Social Commerce sebagai Cara Baru Berbelanja

Social commerce adalah praktik berbelanja langsung melalui media sosial. Tidak seperti model pemasaran media sosial secara tradisional, di social commerce tidak ada pengalihan seperti harus masuk ke halaman lain atau aplikasi lain—pengguna dapat melakukan transaksi dari awal sampai akhir di dalam platform yang sama.

Hasilnya adalah, proses belanja jadi lebih mudah dan cepat, lebih sedikit klik, dan potensi belanja dibatalkan jadi berkurang.

Banyak media sosial yang melakukan mengaktifkan social commerce dengan mengintergrasikan elemen e-Commerce ke dalam sistemnya sendiri, seperti pembayaran elektronik dan online marketplace.

Selanjutnya, platfom belanja online (online shop) pun jadi semakin banyak yang mengadopsi elemen yang umumnya ada di media sosial seperti beranda atau umpan (feed), siaran langsung, keterlibatan komunitas, dan fungsi chat. Ini adalah fenomena baru, di mana garis antara media sosial dan e-Commerce jadi semakin kabur, dan inilah yang lebih jauh kini dikenal dengan social commerce.

Bagaimana cara kerja social commerce?

Kehadiran social commerce didorong oleh platform media sosial dan e-Commerce.

Di dalam platform media sosial, pengguna dapat menemukan produk yang mereka inginkan di halaman resmi brand atau influencer, atau mungkin juga menemukan brand lewat iklan yang muncul di Instagram Story mereka. Mereka dapat mengeklik katalog produk atau halaman brand untuk melihat-lihat produk serupa serta menyelesaikan proses belanja di halaman di dalam platform.

Di e-Commrce, brand mungkin mendaftarkan produk mereka melalui toko atau reseller resmi. Selain itu, produk juga dapat muncul lewat beranda di situs ketika pelanggan mencari melalui kata kunci yang relevan.

Begitu pula dengan konsumen. Mereka dapat membandingkan harga antara barang yang serupa atau melihat beberapa produk lain melalui katalog yang dimiliki oleh brand, dan menyelesaikan pembelian mereka langsung di dalam platform.

Situs e-Commerce sering kali menggunakan elemen yang biasanya ada di media sosial seperti fitur chat, ulasan pembeli, atau video di beranda untuk mendorong peningkatan interaksi antara pengguna dengan brand.

Mengapa social commerce penting untuk brand?

Media sosial menjadi sumber penelitian dan informasi produk yang sangat penting bagi pengguna dalam demografi Milenial dan Gen Z. Menurut GlobalWebIndex, sebanyak 42% pengguna media sosial bergantung pada jejaring sosial dalam hal harga dan kualitas produk.

Tren ini pun akhirnya diterjemahkan sebagai peningkatan penjualan social commerce di seluruh wilayah. Menurut sebuah studi oleh Euromonitor, penjualan social commerce di Asia Pasifik (APAC) mencapai USD2 Triliun pada tahun 2019 dan diperkirakan akan berlipat ganda pada tahun 2024.

Brand yang menyadari potensi ini akan semakin menjadikan social commerce sebagai bagian dari strategi pemasaran mereka, terutama ketika mereka ingin mendorong brand awareness dan penjualan.

Interaksi sosial, termasuk interaksi dengan KOL (Key Opinion Leader), UGC (user-generated content), dan siaran langsung, penjualan yang berasal dari rujukan (referral) dan ulasan produk dari dalam lingkaran sosial yang ada mampu memotivasi 40% konsumen untuk membeli produk yang pada awalnya tidak direncanakan untuk mereka beli.

Hal ini terutama berlaku di pasar seperti Cina, di mana social commerce sudah memantapkan diri sebagai bagian integral dari lingkungan ritel yang sangat kompetitif.

Konsumen di Cina khususnya sangat reseptif terhadap social commerce karena tingginya tingkat penetrasi media sosial dan sistem pembayaran digital secara nasional, serta penerimaannya terhadap e-Commerce.

Sekitar 55% pengguna di Cina membeli barang atau layanan langsung di aplikasi media sosial. Sementara itu, Gen Z berada di jalur untuk menjadi generasi konsumen terbesar dalam beberapa dekade, dengan menghabiskan dua hingga tiga kali lebih banyak waktu untuk berbelanja langsung di platform media sosial daripada konsumen rata-rata.

Dengan nilai bruto social commerce (GMV) yang diprediksi melebihi CNY2.86 Triliun pada tahun 2021, Cina selaku pelopor social commerce diatur untuk menjadi model untuk pertumbuhan sosial commerce di negara-negara lain di kawasan sekitarnya.

Pada tahun 2020, lanskap social commerce dan e-Commerce terus berkembang, dengan penjualan secara online—khususnya produk makanan dan farmasi—meroket akibat pandemi coronavirus (Covid-19) yang terjadi secara global dan masih berlangsung sampai artikel ini diterbitkan.

Sebagai respons, layanan online dan social commerce telah ditingkatkan dengan menyertakan pengiriman tanpa kontak fisik langsung, bahkan menggunakan robot, sementara biasanya toko offline, restoran, dan usaha rumahan, juga telah mengubah strategi dengan muncul di media sosial dan berbagai platform yang memungkinkan yang tadinya tidak mereka lirik.

Sumber artikel:

  • McKinsey China Digital Consumer Trends 2019
  • The Global Omni-Channel Consumer Shopping Research Report

Mulai Buat Konten dan Dapatkan Hadiah

Setelah menyelesaikan kerja sama dan membagikannya dengan pengikut Anda, Anda akan dibayar melalui PayPal atau Cek - mudah, kan?

Brand Menggunakan StarNgage untuk Menemukan Micro-Influencer di Instagram

Berkonsultasilah untuk membahas bagaimana kami dapat membantu Kampanye Influencer Marketing Anda selanjutnya.

มาเริ่มสร้างสรรค์เนื้อหาที่ยอดเยี่ยมและรับรางวัล

เมื่อเนื้อหาของคุณผ่านการอนุมัติและแชร์ไปยังผู้ติดตามของคุณ คุณจะได้รับเงินผ่าน PayPal หรือเช็ค - ง่ายๆ แบบนั้นเลย!

หลายแบรนด์ต่างเลือกใช้StarNgage เพื่อค้นหา อินสตาแกรม ไมโคร-อินฟูลเอนเซอร์

ติดต่อขอคำปรึกษาเพื่อให้เราได้ช่วยแนะนำแคมเปญ ส่งเสริมการตลาดออนไลน์ของคุณผ่านกลุ่มคนที่มีอิทธิพล

Start Creating Great Content and Get Rewarded

Once you complete your endorsement and share it with your followers, you get paid via PayPal or Check - it’s that simple!

Brands use StarNgage to Find Instagram Micro-Influencers

Request a consultation to discuss how we can help your next Influencer Marketing Campaign.

Give your Opinions