4 Kunci Perkembangan Marketing Influencer

“Marketing influencer adalah salah satu subjek paling menjanjikan namun kurang dihargai dalam bauran pemasaran digital.” – Brian Solis.

Marketing influencer akhirnya menjadi sesuatu yang mainstream sejak 2016. Namun demikian, dengan sistem pay to play dan praktik kampanye jangka pendek yang didominasi percakapan, banyak kesalahpahaman yang terjadi terkait dengan peluang baru dalam dunia marketing ini. Menarik untuk melihat bagaimana praktik tersebut diputar dalam perusahaan besar dan terkemuka di seluruh dunia, dan Traackr bersama TopRank Marketing bekerja sama untuk menyurvei 102 brand strategist dan pemasar dan menugaskan Brian Solis dari Altimeter untuk menganalisis data, mengevaluasi praktik yang terjadi saat ini dan kemungkinan evolusinya di masa yang akan datang.

Hasil laporan tersebut menyoroti banyak hal penting yang berkaitan erat dengan saat-saat bekerja sama bersama klien setiap waktunya, dan berikut ini adalah 4 kunci perkembangan marketing influencer yang penting untuk diketahui setiap pemasar maupun influencer untuk berimprovisasi.

#1 Praktik yang belum matang

Data seputar marketing influencer saat ini menunjukkan kurangnya pemahaman tentang potensi luas yang belum tergali oleh suatu perusahaan. Praktik ini jelas sangat taktis, dengan investasi keuangan yang rendah dan sumber daya yang sama kurangnya:

43% perusahaan yang disurvei mengaku masih bereksperimen tentang marketing influencer, sedangkan hanya 28% yang akhirnya memutuskan untuk melibatkan mereka dalam kampanye marketing mereka.

 

57% perusahaan masih melakukan semuanya secara manual, sedangkan 20% sudah menggunakan alat identifikasi influencer, dan hanya 19% yang menggunakan solusi manajemen informasi atau IRM.

 

Anggaran yang dilaporkan masih terhitung kecil, rata-rata berada di angka 10% dari bauran pemasaran. Mereka saat ini hanya mengalokasikan kurang dari $100.000 per tahunnya.

Laporan tersebut mengidentifikasi kegiatan jangka pendek, berbasis kampanye, dan kegiatan berbayar lainnya yang menjadi dasar kegagalan setiap program yang ada saat ini. Ini akhirnya menjadi hambatan bagi para pemasar untuk menjadi lebih expert dalam hal strategi investasi. Dengan beralih fokus ke program “Selalu-Ada” atau “Always-ON”, para perusahaan akan bisa memengaruhi keputusan pembelian dan membuat momen tersebut menjadi lebih bermakna dan produktif dalam perjalanan pembelian pelanggan. Ingat, pelanggan adalah raja.

Tetapi, data juga menunjukkan kesiapan influencer di waktu yang sama. 71% pemasar perusahaan menilai marketing influencer sebagai kategori pemasaran strategis, bahkan sangat strategis, dan sebanyak 83% menyebutkan “mengidentifikasi dan membangun hubungan personal dengan industri kunci influencer” sebagai prioritas utama.

#2 Esok adalah hari yang lain

Proyeksi anggaran untuk tahun 2017 juga mengalami pergeseran dalam prioritas karena sebanyak 55% berencana untuk menggelontorkan lebih banyak uang mereka untuk marketing influencer. Bagi mereka yang sudah menginvestasikan lebih dari $250.000 per tahunnya, persentase ini melonjak hingga 67%, bahkan hingga 77% bagi mereka yang menggunakan teknologi, yang mana lebih dekat pada kesuksesan. Beberapa brand bahkan menunjukkan caranya, dengan 24% menggunakan metode “Always-ON”. Sementara banyak yang gagal memahami dengan hanya menerapkan 5% aktivitas influencer yang terintegrasi di semua fungsi dalam kampanye marketing mereka.

Menariknya, pengaruh ini mulai memperluas jejaknya di dalam perusahaan dengan 50% responden yang menyatakan bahwa empat atau lebih departemen terlibat dalam praktik influencer yang terintegrasi dan 80% menunjukkan lebih dari tiga. Hasil yang cukup mengejutkan. Yang lebih lanjut, 57% responden percaya bahwa marketing influencer akan diintegrasikan ke dalam semua kegiatan pemasaran dalam 3 tahun, dan 47% percaya bahwa ini akan menjadi disiplin lintas fungsi yang akan memperluas gaya pemasaran.

Tujuan di masa depan juga menunjukkan bahwa influencer memiliki peran yang akan membawa pemasaran ke era yang baru. Ini termasuk program pemasaran, penjualan, dukungan, dan program loyalitas. 94% pemasar penasaran untuk mengeksplorasi bagaimana meningkatkan advokasi sebuah brand, 92% ingin menggunakannya untuk meningkatkan brand awareness, 88% menginginkan target audiens yang baru, 86% ingin mencoba meningkatkan suara di masyarakat, dan 74% ingin menggunakannya untuk meningkatkan konversi penjualan.

#3 Selamat datang Influence 2.0

Dalam penelitian terbaru, Brian Soles memperkenalkan “Influence 2.0” atau Relasi Influencer sebagaimana pernyataannya dan keinginannya untuk mematangkan praktik yang kita singgung pada poin pertama. Hanya dengan melakukan sebuah upgrade, perusahaan dapat memberikan janji program influencer untuk mempercepat transformasi digital melalui humanisasi dan memungkinkan sentrisitas pelanggan yang tepat dengan menempatkan pengalaman pelanggan di dalam strategi bisnis pusat pada perusahaan.

Ia memetakan visi masa depan marketing influencer dan memperkenalkan model bisnis baru yang mampu menyatukan fungsi organisasi yang berbeda dan mencakup semua aktivitas pemasaran yang berbasis relasi atau hubungan. Influencer dapat memiliki peran langsung dalam setiap momen perjalanan pelanggan. Jadi, untuk mendapatkan perhatian khusus, pengaruh tersebut harus diupayakan pada level lintas fungsi yang lebih tinggi oleh para stakeholder termasuk advokasi brand, PR, AR, pelanggan dan karyawan, media sosial, dan digital.

Di sini juga ditekankan bahwa Marketing Influencer juga harus bisa berdiri sendiri sebagai prioritas investasi dan bukan semata-mata fokus pada peningkatan periklanan saja, yang dibayar untuk endorsement, atau program PR.

#4 Memanfaatkan Influence 2.0

Brian menyematkan keberhasilan dalam mengkaji ulang rantai nilai, melibatkan influencer dalam hubungan jangka panjang yang autentik, dan menciptakan nilai dalam hubungan antara influencer dan komunitas mereka. Untuk meningkatkan penjualan, kepuasan, dan juga retensi, maka pengaruh manajemen, dan pengalaman pelanggan harus diintegrasikan. Influencer, teman sebaya, kecenderungan, dan pengalaman harus diselaraskan sepanjang perjalanan pelanggan.

Sebuah investasi yang penuh arti dalam platform teknologi IRM yang startegis juga diperlukan sehingga program yang sedang berjalan dan hubungan jangka panjang dapat dikelola dan ditingkatkan, kolaborasi lintas fungsi dapat diterapkan, dan dampak sebelum, selama, dan sesudah transaksi dapat dilacak dan diukur.

Seperti yang dinyatakan oleh Brian, “Influence 2.0 adalah kesempatan yang luar biasa bagi para pemasar untuk berpikir kreatif dan berbeda tentang pengalaman pelanggan untuk mempercepat perubahan yang tak terelakkan yang ditunjukkan oleh bisnis di era digital. Pemasar harus mempertimbangkan kembali peran mereka sebagai pendorong utama perubahan, keluaran, dan dampak organisasi dengan menghubungkan pelanggan dengan cara yang lebih terpercaya dan lebih efektif lewat saluran yang mereka percayai dan hargai.

Mulai Buat Konten dan Dapatkan Hadiah

Setelah menyelesaikan kerja sama dan membagikannya dengan pengikut Anda, Anda akan dibayar melalui PayPal atau Cek - mudah, kan?

Brand Menggunakan StarNgage untuk Menemukan Micro-Influencer di Instagram

Berkonsultasilah untuk membahas bagaimana kami dapat membantu Kampanye Influencer Marketing Anda selanjutnya.

มาเริ่มสร้างสรรค์เนื้อหาที่ยอดเยี่ยมและรับรางวัล

เมื่อเนื้อหาของคุณผ่านการอนุมัติและแชร์ไปยังผู้ติดตามของคุณ คุณจะได้รับเงินผ่าน PayPal หรือเช็ค - ง่ายๆ แบบนั้นเลย!

หลายแบรนด์ต่างเลือกใช้StarNgage เพื่อค้นหา อินสตาแกรม ไมโคร-อินฟูลเอนเซอร์

ติดต่อขอคำปรึกษาเพื่อให้เราได้ช่วยแนะนำแคมเปญ ส่งเสริมการตลาดออนไลน์ของคุณผ่านกลุ่มคนที่มีอิทธิพล

Start Creating Great Content and Get Rewarded

Once you complete your endorsement and share it with your followers, you get paid via PayPal or Check - it’s that simple!

Brands use StarNgage to Find Instagram Micro-Influencers

Request a consultation to discuss how we can help your next Influencer Marketing Campaign.

Give your Opinions