Rata-rata waktu yang diperlukan dalam sebuah kampanye marketing biasanya adalah satu hingga dua minggu. Tetapi tidak sedikit juga yang menghabiskan waktu dua bulan atau bahkan lebih untuk sebuah kampanye marketing dengan anggaran yang sejatinya relatif sama. Apa yang menyebabkan lama atau cepatnya proses ini rupanya sedikit banyak juga bergantung pada cara mereka (para marketer) mencari dan menemukan influencer yang relevan dengan brand dan kampanye yang akan mereka jalankan.

Untuk itu, brand sering kali melakukan beberapa cara agar mereka tetap dapat menjalankan strategi marketing lainnya tanpa ketinggalan strategi pemasaran digital mereka yang terbukti mampu memberikan konversi dan mampu jadi titik berat penjualan perusahaan.

#1 Melalui Agensi

Sejak influencer menjadi trendsetter di dunia marketing berbasis digital, berbagai perusahaan agensi pun bermunculan untuk menjadi solusi, membantu brand mencari influencer yang tepat dan relevan dengan brand juga kampanye yang akan mereka jalankan.

Menggunakan jasa agensi membuat pekerjaan brand dan marketer sedikit berkurang sebab brand hanya sekadar datang dan menjelaskan tentang kampanye mereka, dan selebihnya pekerjaan tersebut bisa dilakukan dengan lebih baik daripada yang dipikirkan oleh brand. Agensi mampu menyelami lebih dalam dan menemukan influencer yang benar-benar cocok untuk brand, menyodorkan kembali daftar namanya, sebelum benar-benar memutuskan influencer mana yang akan diajak bekerja.

Harus diakui, pencarian influencer melalui agensi memang lebih efektif dan akurat dibandingkan cara lainnya.

#2 Melakukan Sendiri

Tidak semua brand akan memutuskan untuk menggunakan jasa agensi dalam menemukan dan bekerja dengan influencer mereka. Banyak juga di antaranya yang berinisiatif sendiri—tentu saja setelah berbagai pertimbangan oleh tim marketing.

Bagi brand yang belum memiliki nama besar mungkin akan mempertimbangkan untuk melakukan sendiri pencarian influencer terbaik untuk brand mereka alih-alih menggunakan jasa agensi. Sisi baik dari hal ini adalah anggaran pemasaran tahunan bisa direduksi, tetapi kita tidak perlu menjelaskan sisi buruknya jika yang kita maksudkan adalah brand baru.

#3 Melalui Platform Influencer

Saat ini, ada beberapa brand yang memang sudah langganan bekerja sama dengan agensi dalam membuat kampanye pemasaran digital mereka. Bahkan, mereka sudah memiliki influencer tetap yang siap bekerja kapan pun sebuah bahan kampanye telah disiapkan.

Tetapi, bagaimana dengan brand—baik lama maupun baru—yang belum pernah atau mungkin tidak mengerti bagaiman cara agensi bekerja? Rupanya masih ada sebagian kecil brand yang mencari influencer melalui platform khusus influencer. Kemungkinan besar ini dilakukan karena anggaran pemasaran yang terbatas. Pada platform tersebut, dana yang akan dikeluarkan memang cenderung lebih kecil tetapi tingkat relevansi influencer yang akan didapatkan tidak bisa dipastikan.

#4 Menggabungkan antara Agensi dan Mencari Sendiri

Sebagai bahan perbandingan yang baik, brand bisa menggunakan jasa agensi dan menurunkan tim internal mereka sendiri untuk mengidentifikasi influencer yang akan diajak bekerja sama dengan mereka. Cara ini sebenarnya sah-sah saja selama mereka punya anggaran yang cukup untuk melakukan keduanya.

Cara ini juga nantinya bisa jadi bahan pertimbangan ke depannya akan tetap menggunakan jasa agensi atau tim internal perusahaan, atau tetap menggunakan keduanya.

Berkonsentrasi pada poin pertama, menemukan influencer yang cocok dengan brand lewat agensi memiliki banyak kelebihan lain seperti: mereka tahu platform terbaik untuk beriklan bagi brand yang mereka tangani. Mereka menganalisa sedemikian rupa hingga menemukan cara yang paling efektif untuk memulai kampanye.

Secara umum, ada lima platform media sosial yang paling sering dan paling efektif untuk digunakan beriklan saat ini.

Instagram masih yang terbaik

Instagram menjelma menjadi media beriklan terbaik mengalahkan Facebook yang jauh lebih dulu ada. Instagram memiliki kelengkapan fitur yang hampir mendekati kata sempurna untuk digunakan beriklan, mulai dari iklan formal hingga iklan santai yang eye-catching. Hei, formal tidak berarti tidak eye-catching, ya!

Sejak kemunculan fitur Stories di Instagram, pengguna jadi semakin aktif bersosialisasi di sana dan interaksi jadi semakin intens serta lebih personal sehingga orang-orang menyukainya. Celah ini pun dimanfaatkan oleh para marketer untuk meminta influencer menyelipkan pesan mereka di antara cerita jalan-jalan yang menyenangkan.

YouTube untuk konten berbasis video

Ya. YouTube memang dikenal sebagai media berbagi video yang paling populer sejak dulu. Keberadaannya saat ini rasanya sulit untuk digantikan. Jika Anda berpikir untuk melakukan kampanye video marketing yang elegan, YouTube akan menjadi platform yang sangat efektif apalagi jika mengombinasikan beberapa media sosial sekaligus.

Mungkin satu-satunya kelemahan dari beriklan melalui influencer lewat YouTube adalah Anda akan menemukan iklan di dalam sebuah video iklan yang dibuat oleh influencer Anda, yang, berat untuk dikatakan tetapi sedikit mengganggu penyampaian pesan Anda kepada audiens yang Anda targetkan. Durasi video sangat menentukan keberhasilan iklan di YouTube, tetapi bagaimana jika durasi yang singkat sudah dipotong duluan oleh iklan lain yang tidak diharapkan?

Blog untuk mendapatkan tautan-kembali

Brand bisa menggunakan influencer seperti bloger untuk menanamkan tautan-kembali ke situs web mereka untuk menjaga situs web tetap sehat dan lebih berpeluang muncul di mesin pencari. Cara ini membuat situs web brand berpotensi muncul secara organik dengan memanfaatkan kata kunci tertentu.

Beberapa brand melakukan cara ini, menggunakan kata kunci berbeda dalam waktu tertentu untuk menguasai hasil pencarian pada setiap mesin pencari. Semakin banyak tautan-kembali yang masuk maka semakin baik. Jika bekerja dengan agensi, maka biasanya influencer akan diminta untuk melakukan kampanye di beberapa media sosial sekaligus dan blog juga termasuk di dalamnya.

Twitter untuk trending topic yang lebih cepat

Entah bagaimana algoritme Twitter bekerja terhadap satu tagar atau kata kunci hingga menjadi trending topic, tetapi cara terbaik untuk membuat kata dan tagar tertentu bisa dilihat seluruh dunia secara cepat adalah dengan memanfaatkan Twitter.

Menggunakan Twitter untuk memperkenalkan brand baru sangat efektif, dan tentu saja anggaran pemasaran yang dikeluarkan juga relatif lebih sedikit. Namun, Twitter lebih disarankan jika tujuan pemasarannya adalah untuk brand awareness.

Facebook masih salah satu yang terbaik

Sulit rasanya mengesampingkan Facebook dari daftar salah satu media terbaik untuk beriklan sebab penggunanya yang menduduki posisi puncak sebagai pengguna terbanyak. Bagaimanapun, Facebook tetap masih efektif sekalipun Instagram memegang posisi sebagai yang terbaik dari yang terbaik.

Meskipun Instagram dan Facebook kini dimiliki oleh orang yang sama, tetapi cara penyampaian pesan dan target audiens di antara kedua platform tersebut berbeda satu sama lain (sekalipun banyak fitur saat ini yang mirip). Tetapi jika pemasaran dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu platform media sosial sekaligus maka Facebook mau tidak mau harus dimasukkan ke dalam daftar karena trafik dari sana masih sangat besar, cenderung menyamai Instagram (dalam hal ini Stories) meskipun level efektivitasnya berbeda.

Bagaimana, sudah siap beriklan?