Audio Marketing: Dari Radio ke Clubhouse

Dalam beberapa waktu ke belakang, audio telah berkembang secara substantial dan sekarang adalah waktu yang sangat tepat bagi brand dan bisnis untuk beresonansi secara emosional dengan audiens untuk memberikan kesan tak terlupakan.

Dalam satu dekade terakhir, memang terjadi kenaikan terus-menerus di pasar audio. Orang-orang mencari cara untuk tetap bisa mengonsumsi hiburan atau konten lain ketika bepergian: podcast, buku audio, hingga layanan streaming pun menjadi makin populer.

Dalam setahun terakhir, audio sosial makin merajalela dengan munculnya Clubhouse yang tidak lama disusul oleh Spaces dari Twitter dan Rooms dari Facebook—menciptakan peluang besar di industri audio.

Jika brand dan bisnis ingin mempelajari lebih lanjut kekuatan audio, menggabungkannya ke dalam strategi marketing akan memberikan dampak luar biasa dan akan membantu mereka terhubung dengan pelanggan dan audiens melalui percakapan yang autentik—tidak seperti media lainnya.

Berawal dari Jingle di Radio ke Kalimat yang Terlontar lewat Audio

Audio marketing pertama kali diperkenalkan oleh Wheaties. Sebuah jingle sederhana yang diputar di saluran udara Amerika Serikat pada tahun 1926 di mana setelahnya terjadi lonjakan penjualan oleh perusahaan tersebut. Dan, dari situlah titik mula semuanya.

Pendengar Audio Masih Ada dan Banyak

Melalui media radio, konten berbasis audio menjangkau banyak telinga. Menurut studi dari dari PEW Research Center, rata-rata 90% orang Amerika berusia 12 tahun ke atas mendengarkan radio (AM/FM) setiap minggunya. Angka ini hanya sedikit berubah sejak 2009.

Di sisi lain, penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa pendengar radio AM/FM mengalami penurunan hingga 9% dari 2014 hingga 2021. Menariknya, peningkatan konten berbasis audio ini malah meningkat lewat saluran yang lain seperti audio streaming, podcast, dan lainnya yang menghasilkan hingga 12% peningkatan.

Peminat Percakapan Meningkat, Musik Menurun

Pertumbuhan pesat yang ditunjukkan oleh platform audio sosial seperti Clubhouse menunjukkan bahwa audio berbentuk percakapan menjadi sorotan utama alih-alih musik yang biasanya sebagai pengiring.

Pada Oktober 2020, NPR dan Edison Research merilis laporan yang menunjukkan bahwa audio percakapan (atau audio tunggal) seperti podcast, berita, olahraga, hingga buku audio meningkat hingga 30%. Sementara itu, terjadi penurunan dalam hal mendengarkan musik hingga 8% pada waktu yang sama.

Apa yang kita dengarkan berubah seiring dengan preferensi kita yang makin luas. Namun, radio tetap menarik pendengar dengan jumlah yang tidak sedikit. Sangat sulit untuk menentukan jumlah pastinya, tetapi dapat dipastikan bahwa lebih dari 200 juta orang di Amerika mendengarkan radio setiap minggunya. Di Indonesia, kami asumsikan angkanya tidak akan berbeda jauh.

Fakta lainnya, jumlah Gen Z yang masih mendengarkan radio (AM/FM) cukup mengejutkan. Dilaporkan, 55% dari orang berusia 13 hingga 24 tahun ini mendengarkan radio konvensional hampir setiap hari. Namun, ada hal yang perlu digarisbawahi: apakah itu terjadi karena mereka mengendarai mobil milik orang tua mereka?

Akankah Radio Akan Tetap Relevan?

Radio membuktikan bahwa pendengar masih aktif dan konsumen masih senang mendengarkan konten berbasis audio.

Pada saat banyak tren marketing dan tren media sosial dalam satu dekade terakhir yang mengharuskan kita menggunakan cara yang lebih visual untuk menarik pelanggan atau membangun audiens, pada nyatanya audio punya kekuatan sendiri yang tak bisa dilawan.

Podcast: Evolusi yang Lambat, tetapi Stabil

Mulanya, podcast berawal dari persilangan antara siaran audio dan blog-suara di iPod (dulunya disebut “Pod-cast”) pada tahun 2004. Kini, kita sudah familiar dengan sebutan podcast.

Dikarenakan podcast punya format yang lebih portable dan menjadi jembatan untuk multitasking, kini ia pun menjelma menjadi tempat yang ideal untuk “suara” di seluruh penjuru dunia. Keragaman podcast membantu menjaga bisnis tetap stabil. Hal ini juga memberikan keuntungan kepada pemasar dan bisnis di mana mereka memiliki audiens khusus yang sangat spesifik dari pendengar yang memiliki tingkat keterlibatan tinggi.

Setahun setelahnya, Apple secara resmi meluncukan fitur Podcast lewat perangkat lunak mereka pada tahun 2005. Sejak saat itu, podcast tetap sama dalam banyak hal, tetapi mengalami perubahan signifikan dalam hal genre dan produksi yang menembus rekor dari waktu ke waktu. Acara-acara populer di radio tetap ada, tetapi kini banyak yang disediakan pula dalam format podcast yang diperbarui.

Per Februari 2021, Apple dan Spotify masih menjadi platform teratas orang-orang mendengarkan dan mengunduh podcast.

  • Apple: 30.5%
  • Spotify: 28.1%

Namun, Spotify bergerak maju dengan menginvestasikan jutaan dolar sejak setahun terakhir. Jadi, 2021 akan menjadi tahun yang sangat menentukan siapa yang akan berada di puncak akhir tahun nanti.

Prediksi Pertumbuhan Podcast

Berdasarkan kedua kasus tersebut di atas, perkiraan yang berkaitan dengan pertumbuhan audiens dan Nilai Pasar Global dari pasar podcast menunjukkan pertumbuhan yang berkelanjutan dan langgeng pada tahun-tahun mendatang:

  • Audiens podcast tumbuh rata-rata 20% per tahun. (Nielsen)
  • Pertumbuhan tahunan untuk Nilai Pasar Global pendengar podcast adalah 27,5% (Nilai Pasar Global pada tahun 2019 adalah 9,28 miliar dolar) (Grand View Research)
  • Pada Januari 2021, dilaporkan ada total 43 juta episode podcast. (Forbes)
  • Pada tahun 2020, pendengar podcast berusia 12+ menghabiskan rata-rata 6 jam 39 menit mendengarkan podcast tiap minggunya. (Edison Research)

Sama seperti radio, podcast bisa diputar di latar belakang dan bisa jadi solusi yang tepat bagi pendengar pasif maupun aktif. Dengan menurunnya pendengar radio secara perlahan seiring meningkatnya pendengar podcast, kami pun berasusmi akan ada perpindahan pendengar radio yang beralih ke podcast secara masif dalam kurun waktu dekat.

Siapa yang Mendengarkan Podcast?

Podcast menawarkan topik yang tak terbatas. Mulai dari pembahasan mendalam tentang suatu hal, hingga berita-berita kilat yang sedang menjadi perbincangan hangat, semua ada di podcast. Ini adalah alasan mengapa membangun profil pendengar bisa jadi tantangan tersendiri.

Pemilik ponsel pintar. 38% pendengar podcast mendengarkan lewat ponsel. (Mozilla). Hal ini didukung dengan podcast yang dapat didengarkan sambil melakukan aktivitas lain seperti perjalanan, kegiatan mencuci piring atau baju, mengemudi ke tempat kerja, dan hal fleksibel lainnya.

Usia rata-rata: 34 tahun. Hal ini berarti audiens yang mendengarkan podcast memiliki usia yang lebih muda daripada mereka yang memilih media populer seperti radio (47 tahun) atau televisi (54 tahun). (Radio World)

Apakah Podcast Tepat untuk Bisnis Anda?

Terjadi pertumbuhan yang konsisten dalam hal pengeluaran iklan podcast. Bisnis perlahan mulai mengerti dan paham, dan mulai bisa memanfaatkan loyalitas audiens yang luar biasa.

Banyak survei dan studi yang menunjukkan bahwa audiens podcast sangat terbuka dengan marketing di dalam episode podcast yang mereka dengarkan.

  • Otoritas Topik: Entah Anda memilih untuk mendedikasikan satu podcast khusus atau beberapa detik untuk iklan, pastikan Anda memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk menunjukkan bahwa Anda ahli pada bidang tersebut.
  • Monetisasi Umum: Iklan, sponsor, penawaran layanan (cth: pelatihan pribadi), dan hal lainnya. Ada banyak sekali cara untuk monetisasi melalui podcast.
  • Format yang fleksibel: Tidak semua subyek membutuhkan wawancara panjang dengan para ahli. Podcast memungkinkan ruang untuk semua format, termasuk cuplikan pendek. Ada pendengar yang mampu mendengarkan hanya sampai dua menit, tetapi ada juga yang sampai dua jam bahkan lebih.

Jenis-jenis Marketing untuk Podcast

Menjadi Host di podcast sendiri. Yang Anda butuhkan hanya mikrofon yang bagus dan konten yang bagus yang disesuaikan dengan audiens yang ditarget.

Memanfaatkan perusahaan khusus untuk podcast. Dengan semakin banyaknya bisnis yang mulai memasuki skena podcast, produksi pun jadi lebih ramping dan halus. Banyak brand atau perusahaan mencari para ahli untuk memastikan brand mereka terasosiasi dengan konten yang baik. Oleh karena itu, mereka menyewa perusahaan podcast untuk memproduksinya.

Mensponsori show. Pendengar podcast pasti memercayai host podcast mereka. Karenanya, mereka menjangkau show yang selaras dengan brand Anda. Pastikan juga Anda hanya mensponsori show yang memang memiliki kesamaan visi dan misi dengan brand atau bisnis Anda.

Bayar untuk Iklan. Tidak hanya di TV dan radio, kini iklan pun mulai umum ditemukan di podcast, dan pendengar podcast biasanya tidak keberatan dengan hal itu. Hanya dengan klip pendek dan cuplikan di antara konten, iklan akan tidak terasa seperti iklan dan opsi ini cenderung lebih terjangaku dari sisi pengiklan.

3 Strategi untuk Hasil Terbaik

Podcast menawarkan peluang untuk lebih dekat dan lebih personal dengan audiens. Untuk bisa didengar, Anda harus memastikan beberapa hal seperti berikut:

  • Kreatif. Temukan cara untuk jadi beda dan unik agar bisa dilihat dan didengarkan oleh audiens. Sebagai contoh, Anda dapat menggunakan tagar unik sebagaimana yang Anda gunakan di media sosial seperti Instagram atau Pinterest.
  • Terintegrasi. Baik untuk konten berbasis pencarian maupun platform media sosial, mengintegrasikan topik podcast dengan format lain adalah cara yang baik untuk terhubung dengan audiens yang lebih luas. Contoh: Instagram, blog, Twitter, dll.
  • Autentik. Pendengar setiap podcast tentu berbeda-beda, begitu juga dengan Anda sebagai pemilik podcast. Entah Anda merepresentasikan brand atau personal, jadilah beda dan autentik.

Yang Sedang Panas di Audio Sosial: Clubhouse

Singkatnya, Clubhouse adalah aplikasi audio sosial di mana Anda dapat bergabung ke dalam sebuah acara jika mendapatkan undangan khusus dari orang yang telah lebih dulu menggunakannya.

Clubhouse beroperasi layaknya konferensi virtual yang berbasis suara, dan berfokus pada percakapan langsung dan pembelajaran sosial. Yang menjadi perbedaan mendasar dan besar antara Clubhouse dengan media sosial (dan audio sosial) lainnya adalah, pengguna hanya bisa bergabung jika diundang (sebelum tersedia untuk pengguna Android).

Clubhouse Meraih Status Unicorn

Diluncurkan pada April 2020, Clubhouse maju sangat pesat dalam waktu kurang dari satu tahun. Kini, sudah ada lebih dari 2 juta pengguna dan pada Desember 2020, Clubhouse baru saja mencapai status Unicorn dengan valuasi sebesar 1 miliar dolar.

Didirikan oleh Paul Davinson—seorang pengusaha di Silicon Valley, bersama dengan Rohan Seth yang adalah mantan karyawan Google, aplikasi tersebut mendapat banyak sekali sorotan positif. Mulai dari Elon Musk, Mark Zuckerberg, hingga Kanye West dan Oprah Winfrey membantu platform tersebut meraih puncak poularitas.

Salah satu hal yang membuat Clubhouse melaju pesat adalah karena ia datang pada saat yang tepat: di tengah pandemi yang memaksa orang di rumah saja dan mencari hiburan secara daring.

Pengguna Clubhouse kini menemukan cara yang lebih menarik untuk menjalin pertemanan dengan menghadiri acara langsung secara daring seperti acara komedi, musik, teknologi, dan sebagainya. Bahkan terkadang banyak pengguna yang “tidak sengaja” masuk ke sebuah Room dan mendapati diri terlibat dalam percakapan.

Akankah Audio Mengambil Alih Pasar?

Masih terlalu dini untuk mengatakan hal ini. Namun, Spaces dan Rooms setidaknya sudah mendeklarasikan diri untuk turut fokus pada bidang audio. Artinya, ada peluang besar menanti di depan sana.

Dari sisi marketing, iklan berbasis audio dan podcast cenderung lebih dipercaya daripada media lainnya. Artinya, loyalitas pelanggan sudah terbangun sejak awal—karena didorong secara emosional, bahkan lebih baik. Ketika pelanggan atau audiens merasa terhubung dengan brand atau produk, mereka tidak hanya akan berinvestasi di dalamnya; mereka juga menyebarkannya ke sebanyak mungkin orang.

Karakteristik lainnya adalah audio memberikan demokratisasi pembelajaran. Artinya, para ahli dan nonahli di bidangnya sangat mungkin untuk terlibat dalam diskusi penuh wawasan. Mereka yang tidak mampu membayar konferensi atau kelas berbayar yang mahal dapat menghadiri ruang di Clubhouse yang sama-sama memberikan wawasan luas, tetapi kali ini secara gratis.

Para kelompok yang terpinggirkan atau mereka yang berada di negara berkembang tetap dapat terhubung langsung dengan para pakar, berita, dan lainnya tanpa batas atau hambatan akses.

Kesimpulan

Pada era pascapandemi seperti sekarang ini, kita harus beradaptasi dengan kebiasaan baru dengan cepat. Audio sosial seperti Clubhouse pun membantu kita melewati hal ini untuk menemukan cara baru untuk terhubung secara organik.

Dengan meningkatnya penggunaan speaker pintar dan pencarian suara, audio akan terus memainkan peran besar pada masa yang akan datang.

Akan selalu ada kebutuhan tertulis dalam marketing, terutama pada bidang-bidang tertentu yang membutuhkan regulasi kuat. Munculnya audio sosial ini hanya akan menjadi pelengkap saluran yang sudah ada, dengan prediksi bahwa dinamika akan terus berkembang dengan lebih cepat ke depannya. Jadi, bersiaplah!

Mulai Buat Konten dan Dapatkan Hadiah

Setelah menyelesaikan kerja sama dan membagikannya dengan pengikut Anda, Anda akan dibayar melalui PayPal atau Cek - mudah, kan?

Brand Menggunakan StarNgage untuk Menemukan Micro-Influencer di Instagram

Berkonsultasilah untuk membahas bagaimana kami dapat membantu Kampanye Influencer Marketing Anda selanjutnya.

มาเริ่มสร้างสรรค์เนื้อหาที่ยอดเยี่ยมและรับรางวัล

เมื่อเนื้อหาของคุณผ่านการอนุมัติและแชร์ไปยังผู้ติดตามของคุณ คุณจะได้รับเงินผ่าน PayPal หรือเช็ค - ง่ายๆ แบบนั้นเลย!

หลายแบรนด์ต่างเลือกใช้StarNgage เพื่อค้นหา อินสตาแกรม ไมโคร-อินฟูลเอนเซอร์

ติดต่อขอคำปรึกษาเพื่อให้เราได้ช่วยแนะนำแคมเปญ ส่งเสริมการตลาดออนไลน์ของคุณผ่านกลุ่มคนที่มีอิทธิพล

Start Creating Great Content and Get Rewarded

Once you complete your endorsement and share it with your followers, you get paid via PayPal or Check - it’s that simple!

Brands use StarNgage to Find Instagram Micro-Influencers

Request a consultation to discuss how we can help your next Influencer Marketing Campaign.

Give your Opinions