Dampak Larangan TikTok di AS terhadap Pasar Media Sosial Indonesia

Dampak Larangan TikTok di AS terhadap Pasar Media Sosial Indonesia

By Firmansyah | TikTok Marketing , Social Media Marketing | 20 Jan 2025

Pagi itu, Jakarta diguyur hujan deras. Di sebuah kafe di sudut kota, Rina, seorang manajer marketing sebuah brand fashion ternama, menatap layar laptopnya dengan cemas. Berita terbaru menampilkan judul besar: "TikTok Resmi Ditutup di AS Setelah Diberlakukannya Larangan". Pikirannya melayang, membayangkan dampak keputusan tersebut terhadap strategi marketing perusahaannya di Indonesia.

Pada 19 Januari 2025, TikTok mulai dilarang di Amerika Serikat setelah diberlakukannya undang-undang yang mewajibkan perusahaan induknya, ByteDance, untuk menjual aset TikTok di AS paling lambat pada tanggal tersebut. 

Larangan ini berdampak pada sekitar 170 juta pengguna TikTok di AS. Namun, Presiden terpilih Donald Trump sempat mengindikasikan kemungkinan penundaan larangan tersebut selama 90 hari setelah ia menjabat, dengan tujuan mencari solusi agar TikTok dapat kembali beroperasi di AS.

Mengapa TikTok Diblokir di Amerika Serikat?

TikTok diblokir di Amerika Serikat karena sejumlah alasan, yang sebagian besar terkait dengan kekhawatiran terhadap keamanan data dan pengaruh geopolitik.

#1 Keamanan Data dan Privasi Pengguna

Pemerintah AS khawatir bahwa data pengguna TikTok di Amerika Serikat dapat diakses oleh pemerintah Tiongkok, mengingat TikTok dimiliki oleh ByteDance, sebuah perusahaan asal Tiongkok. Undang-undang di Tiongkok mewajibkan perusahaan untuk bekerja sama dengan otoritas negara jika diminta, yang menimbulkan kekhawatiran bahwa data pengguna TikTok dapat digunakan untuk kepentingan mata-mata atau pengumpulan informasi strategis.

#2 Potensi Pengaruh Asing

Ada kekhawatiran bahwa TikTok dapat digunakan untuk menyebarkan propaganda atau memanipulasi opini publik di Amerika Serikat. Ini mencakup penyebaran konten yang dapat memengaruhi pemilu atau menyebarkan disinformasi yang menguntungkan kepentingan geopolitik Tiongkok.

#3 Ancaman terhadap Keamanan Nasional

TikTok dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional AS karena aplikasinya mengumpulkan data yang luas, termasuk informasi lokasi, pola perilaku pengguna, dan perangkat yang digunakan. Data ini dianggap dapat digunakan oleh pihak asing untuk menganalisis atau merencanakan serangan siber atau bahkan taktik perang non-konvensional lainnya.

#4 Kekhawatiran atas Algoritma TikTok

Algoritma TikTok yang sangat efektif dalam menargetkan konten berdasarkan preferensi pengguna dianggap dapat menjadi alat untuk menyebarkan pengaruh asing dengan cara yang sulit dideteksi. Ini menciptakan ketakutan bahwa platform tersebut dapat digunakan untuk mengontrol narasi tertentu secara masif.

#5 Konteks Geopolitik

Hubungan antara Amerika Serikat dan Tiongkok memburuk dalam beberapa tahun terakhir, dengan persaingan di berbagai bidang seperti teknologi, perdagangan, dan militer. Larangan TikTok juga dianggap sebagai bagian dari upaya lebih luas AS untuk membatasi pengaruh teknologi dan ekonomi Tiongkok di panggung global.

TikTok sendiri telah mencoba meyakinkan pemerintah AS dengan berbagai langkah, termasuk memindahkan data pengguna AS ke server lokal dan menawarkan transparansi lebih tinggi dalam operasinya. Namun, langkah-langkah ini tampaknya belum cukup untuk mengatasi kekhawatiran yang ada.

Negara Apa Saja yang Memblokir TikTok?

Namun Amerika Serikat bukanlah negara pertama yang memblokir TikTok. Sejumlah negara telah memblokir atau membatasi penggunaan TikTok dengan berbagai alasan, mulai dari kekhawatiran terhadap keamanan data hingga dampak sosial negatif. Berikut adalah beberapa negara sebelum Amerika Serikat yang telah mengambil langkah tersebut:

  • India

Pada tahun 2020, India melarang TikTok bersama dengan sejumlah aplikasi Tiongkok lainnya, dengan alasan keamanan nasional setelah ketegangan di perbatasan antara India dan Tiongkok.

  • Afghanistan

Pemerintah Taliban melarang TikTok pada April 2022, menyatakan bahwa aplikasi tersebut menyesatkan generasi muda dan tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.

  • Albania

Pada Desember 2022, Albania mengumumkan larangan TikTok selama satu tahun setelah insiden kekerasan yang melibatkan remaja dipicu oleh konten di platform tersebut.

  • Pakistan

Pakistan telah beberapa kali memblokir TikTok karena konten yang dianggap tidak bermoral dan tidak sesuai dengan norma budaya setempat.

  • Indonesia

Pada Juli 2018, Indonesia sempat memblokir TikTok selama delapan hari karena konten yang dianggap mengandung pornografi dan penistaan agama. Setelah TikTok berkomitmen untuk membersihkan konten negatif, blokir tersebut dicabut.

Negara lainnya yang juga memutuskan melarang TikTok di negaranya dengan berbagai alasan adalah Bangladesh, Iran, Yordania, Senegal, Somalia, Kirgistan, Nepal, Australia, Belgia, dan Taiwan.

Apa yang Terjadi Jika TikTok Dilarang?

Ada banyak sekali disrupsi yang terjadi jika platform sebesar TikTok mendak hilang. Namun, yang paling terlihat adalah pergeseran pengguna ke platform lain.

Ketika TikTok tidak lagi tersedia, pengguna akan mencari alternatif lain untuk mengakses konten hiburan. Platform seperti Instagram Reels, YouTube Shorts, dan Snapchat Spotlight diprediksi akan mengalami lonjakan pengguna. Namun, dinamika penggunaan dan preferensi konten dapat berbeda, sehingga pengalaman pengguna mungkin tidak sepenuhnya tergantikan.

Oleh karena itu, sejumlah platform media sosial alternatif mulai mendapatkan perhatian lebih dari para pengguna dan kreator konten. Berikut beberapa platform yang mengalami peningkatan popularitas:

Xiaohongshu (RedNote)

Dikenal sebagai "RedNote" di pasar internasional, Xiaohongshu adalah platform media sosial asal Tiongkok yang menggabungkan fitur e-commerce dan berbagi konten gaya hidup. Setelah pengumuman larangan TikTok, banyak pengguna di AS mulai beralih ke RedNote, menjadikannya aplikasi gratis yang paling banyak diunduh di Apple App Store AS pada pertengahan Januari 2025.

Lemon8

Lemon8 adalah platform media sosial yang juga berasal dari Tiongkok, menawarkan kombinasi fitur seperti Instagram dan Pinterest. Menjelang larangan TikTok, kreator konten di AS mulai beralih ke Lemon8 sebagai alternatif untuk berbagi konten visual dan membangun komunitas baru.

Neptune

Neptune adalah platform media sosial yang berbasis di Amerika Serikat, masih dalam tahap beta testing. Platform ini menarik minat kreator dengan menjanjikan algoritma yang ramah komunitas dan peluang monetisasi yang lebih baik. Meskipun masih baru, Neptune dianggap sebagai alternatif potensial bagi mereka yang mencari platform lokal.

Instagram Reels dan YouTube Shorts

Selain platform baru, fitur video pendek dari Instagram dan YouTube, yaitu Reels dan Shorts, juga mengalami peningkatan penggunaan. Kedua platform ini sudah memiliki basis pengguna yang besar dan menawarkan fitur serupa dengan TikTok, sehingga menjadi pilihan alami bagi pengguna yang mencari alternatif.

Perpindahan pengguna ke platform-platform ini menunjukkan adaptasi cepat komunitas digital dalam mencari media baru untuk berekspresi dan berinteraksi setelah perubahan signifikan seperti larangan TikTok.

Dampak Larangan TikTok di AS terhadap Pasar Media Sosial Indonesia

Penutupan TikTok di Amerika Serikat menimbulkan pertanyaan besar bagi para pelaku industri marketing di Indonesia. Meskipun larangan ini bersifat regional, efek domino terhadap ekosistem media sosial global tidak dapat diabaikan.

1. Pergeseran Platform dan Adaptasi Strategi

Dengan absennya TikTok di pasar AS, platform media sosial lain seperti Instagram Reels, YouTube Shorts, dan Snapchat Spotlight diprediksi akan mengalami peningkatan pengguna. Bagi brand di Indonesia, ini berarti perlu adanya adaptasi strategi marketing untuk tetap menjangkau audiens yang mungkin beralih ke platform-platform tersebut.

2. Pengaruh terhadap Influencer Lokal

Indonesia memiliki komunitas influencer yang kuat di TikTok. Larangan di AS dapat mempengaruhi algoritma dan fitur platform secara global, yang pada gilirannya mempengaruhi jangkauan dan interaksi konten influencer lokal. Brand perlu mempertimbangkan kolaborasi dengan influencer di platform alternatif untuk memastikan pesan marketing tetap efektif.

3. Keamanan Data dan Kepercayaan Konsumen

Isu utama yang memicu larangan TikTok di AS adalah kekhawatiran terhadap keamanan data pengguna. Hal ini dapat meningkatkan kesadaran konsumen Indonesia terhadap privasi data, mendorong brand untuk lebih transparan dalam pengelolaan informasi pelanggan dan memastikan kepatuhan terhadap regulasi perlindungan data.

Peran StarNgage dalam Menavigasi Perubahan

Dalam menghadapi dinamika ini, platform seperti StarNgage dapat menjadi mitra strategis bagi brand dan influencer di Indonesia. StarNgage menyediakan layanan seperti penargetan audiens, identifikasi influencer yang tepat, amplifikasi konten, dan pelacakan kinerja campaign. Dengan memanfaatkan data dan analisis yang disediakan, brand dapat menyesuaikan strategi marketing mereka sesuai dengan tren dan preferensi audiens terkini.

Penutup

Larangan TikTok di Amerika Serikat menjadi pengingat bagi brand, advertiser, dan pelaku bisnis di Indonesia untuk selalu waspada dan adaptif terhadap perubahan di dunia digital. Dengan memanfaatkan platform seperti StarNgage dan terus memantau tren global, mereka dapat memastikan strategi marketing tetap relevan dan efektif, menjaga hubungan yang kuat dengan konsumen, dan mempertahankan keunggulan kompetitif di pasar yang terus berkembang.

Ingin memulai influencer marketing, tetapi bingung harus memulai dari mana? Hubungi tim StarNgage dan kami akan memandu Anda untuk menemukan solusi terbaik, GRATIS!

Konsultasi GRATIS!

  • tiktok marketing
  • social media marketing
Firmansyah
Firmansyah

Firmansyah adalah Content Writer dan Community Manager di StarNgage Indonesia. Ia menulis seputar digital marketing dan membantu menghubungkan brand dengan kreator dari berbagai kategori dan jumlah pengikut. Sapa Firmansyah di [email protected]