DI TENGAH SIMPUH TEDUH رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا Wahai Rabb kami, karuniakanlah pada kami dan keturunan kami serta istri-istri kami penyejuk mata kami. Jadikanlah pula kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS 25:74)

Semoga Kelak Bukan hanya perihal status, namun tanggung jawab dan peranan yang meluas akan senantiasa menuntut hak-haknya. Bukan hanya soal panggilan ‘Ayah/Ibu’, namun tugas sebagai pendidik akan terus berlangsung hingga masa yang telah tertulis dalam takdirNya. Jika sudah jalannya, semua bisa menjadi orangtua, namun sayangnya tak semua pantas meminang peranannya. Persiapan lantas akan menjadi kuncinya. Namun sejauh apa persiapan tersebut dipupuk, belum tentu kita mau memikirkannya. Berikhtiar, berdoa, dan berserah adalah jalan. Jalan yang mengantarkan kita pada pemenuhan terbaik akan hak titipanNya. Sebab yang telah kita jaga, belum tentu dapat benar-benar terjaga. Yang telah kita bina, belum tentu sejalan dengan binaannya. Di dunia yang tak sempit ini, keresahanku mendominasi. Namun doaku tak berhenti berjalan meninggi. Semoga kelak apiku tak kian meredup oleh tetes-tetes keresahan jiwa. Semoga kelak ikhlasku membawamu pada penjagaan terbaikNya. Dan semoga kelak, akulah insan yang pantas kau panggil ‘Bunda’.

KUTIPAN “Terkadang hidup ini lucu, saat kami telah banyak bergegas, ternyata kenyataanya kami jauh dari kata siap. Saat kami tak lagi mengharapkannya, ternyata janjiNya turun memenuhi kelapangan hati ini. Lagi-lagi, ternyata ini bukan soal apa yang kami inginkan, namun amanah terbaik di waktu terbaik bagiNya.”

QS 67:13 Source: shopm_org

Simplify your closet~

ENAK YA JADI DIA.. Telah menjadi kebiasaan manusia untuk merasa sensitif terhadap hal yang dialami oleh manusia lainnya. Tidak jarang bagi manusia untuk berkata “dia mah enak, difasilitasin. Makanya sukses”, “dia mah enak bisa dakwah ke mana-mana, followersnya bejibun” dan pemikiran-pemikiran lain yang belum tentu sebanding dengan yang ada di baliknya. Percayalah, apa-apa yang kita anggap sebagai hal yang menyejukkan belum tentu diraih dalam kondisi yang sejuk pula. Apa-apa yang kita lihat sebagai hasil yang memuaskan belum tentu merupakan percobaan pertama dari penerimanya. Ribuan kegagalan bisa saja telah dilaluinya, dan lantas memupuknya menjadi orang yang kemudian terbentuk. Sepak terjangnya tidak mudah, hanya saja si pemikul beban tahu betul bagaimana menghadapi cobaannya. Dengan keluhan yang tidak pernah dilontarkannya, kakinya kian melangkah. Membawa optimisme kebaikan dalam rangka mencapai tujuannya. Berusahalah untuk tidak mempersempit pikiran, karena ketertinggalan akan menjatuhkan keberpihakannya jika kita terus berlaku demikian.

SENDA GURAU KEMERDEKAAN Di sela-sela seruan kemerdekaan yang menyeruak, di tengah-tengah refleksi diri yang memesona, dan di dalam diri yang tak jarang merasa bebas. Sesungguhnya kami, adalah keterjajahan yang nyata. Yang raganya kian terkukung dengan simpul-simpul kemalasan. Yang jiwanya belum siap untuk melapangkan ego dari beragam bentuk keterikatan. Yang hatinya kerap nyaman dengan menghamba pada nafsu kefanaan. Sesungguhnya kami, adalah keterjajahan yang tidak diragukan. Yang selalu siap untuk berteriak “merdeka”, namun ledakannya hanya sekadar di lidah saja. Sememangnya, ialah kami yang masih terus terjajah.

LIFE’S A CHOICE Teruntukmu yang angannya sedang bersebrangan dengan datangnya ketetapan. Bersedih dan menangis lah dengan sekadarnya. Sejatinya kita tak lebih mengerti dari Ia yang memiliki diri ini. Dan apabila takdir yang telah tergariskan tak mungkin bisa kita ubah, lantas mengapa kita tidak fokus dengan yang sebaliknya? Inspired by Antara DIA, Aku, dan Mereka (buku ADAM @hawariystore)

Gambaran bang Hawa habis ngecek jemuran..🤭

Sefruit #behindthescene ~

POINT OF VIEW Complexity, adalah kata yang cukup menggambarkan pemikiran dan perasaan manusia. Setiap dari kita merasa benar di ceritanya masing-masing, setiap pasang mata merasa berhak memakai kacamatanya masing-masing. Ga heran kalau pemikiran manusia sering bertabrakan, terlebih jika mereka saling mempertahankan sudut pandangnya. Gesekan jelas akan terjadi. Kalau sudah begini, setiap dari kita berkemungkinan untuk belajar mengambil jarak emosional, di mana penekanan sudut pandang setiap orang akan pelan-pelan dihempaskan. Saat bercengkrama dengan orang lain pun daya pandang kita serasa lebih lega dan meluas, dan lalu kembali meruncing ketika interaksi itu ditiadakan. Maka, sudut pandang mana yang lebih baik? Yang lebih benar? Tentu manusia akan serta merta mengacungkan jari, ada pula yang memilih untuk berselimut, mengalah dengan mereka yang sudut pandangnya dirasa lebih dominan, dan ada pula kemungkinan-kemungkinan lainnya. Jika keadilan dalam menentukan sudut pandang terbaik saja masih berantakan, lantas bagaimana dengan sudut pandang pemilik manusia yang masih sering kita abaikan?

KETETAPAN Kalau berbicara soal masa lalu, maka keduanya memang sejauh itu. Dunia kami ga dekat dengan kata serupa. Yang satu fokus dengan lembaran sucinya, yang satu sibuk dengan mikrofonnya. “Kasih Tak Sampai”. Begitu kata playlist Top 40 tahun 2000an. Ternyata jalan kehidupan ini menggemaskan. Dari titik yang ga saling bersinergi, bisa bertemu dan saling memberi arti. Dari yang bahkan pemikirannya tak selini, jadi kolega kehidupan yang tak khawatir akan saling menghakimi. Istimewanya, persandingan ini sudah tersurat. Jauh sebelum kami saling mengenal, jauh sebelum kaki ini menapaki bumi. Maka, jika ada yang keberatan dengan persatuan ini, diamkan saja. Mereka hanya belum paham akan makna dari ketetapan. #udahgituaja