Influence 2.0 atau Masa Depan Influencer Marketing adalah penelitian yang dilakukan oleh Brian Solis dari Altimeter bersama Traackr, sebuah platform manajemen influencer yang berbasis di San Fransisco yang bekerja sama juga dengan Top Rank Marketing merilis secara global tentang bagaimana marketing influencer akan jadi senjata paling ampuh di masa depan dunia marketing.
Brian bersama timnya menyurvei 102 pemasar dan ahli strategi pemasaran dari berbagai brand besar seperti Microsoft, American Express, 3M, Amazon, dan beberapa brand lainnya yang mana 48% dari responden bekerja di perusahaan dengan lebih dari 10.000 staf.
Berikut ini adalah bagian-bagian atau hasil yang disoroti dari laporan tersebut:
Marketing influencer saat ini bersifat taktis, dengan investasi sumber daya dan keuangan yang relatif rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa kegagalan mendasar dari program inilah yang dapat memengaruhi investasi strategis karena dapat menghambat kinerja.
71% pemasar menilai marketing influencer sebagai kategori strategi pemasaran yang strategis atau sangat strategis dengan 43% percobaan dengan praktik tersebut. 28% melibatkan influencer hanya sebatas di tingkat kampanye saja.
83% responden mengaku bahwa prioritas utama mereka adalah mengidentifikasi dan membangun hubungan atau relasi satu lawan satu dengan industri influencer.
24% brand menerapkan program “Selalu-Ada” atau “Always-ON”, namun hanya sekitar 5% brand yang menggunakan influencer yang terintegrasi ke keseluruhan program kampanye mereka.
Data laporan menyebutkan, “kurangnya potensi luas dari influencer yang belum digali oleh brand atau perusahaan” membuat brand dan influencer sama-sama berada di titik tidak menguntungkan satu sama lain.
Anggaran menjadi sebuah masalah. Banyak dari brand yang disurvei menyebutkan bahwa anggaran untuk influencer mereka relatif kecil dan hanya menggunakan sisa-sisa alokasi pemasaran. Rata-rata hanya sekitar 10% dari total anggaran pemasaran dialokasikan untuk marketing influencer.
Setengah dari responden mengaku mengalokasikan kurang dari $100.000 per tahun sehingga membatasi hasil besar yang seharusnya bisa dicapai influencer di mana hasilnya bisa saja melebihi ekspektasi yang telah ditetapkan di awal.
Meskipun marketing influencer berkembang dengan baik di dalam perusahaan, tetapi ada kesenjangan yang terjadi terkait kepemilikan. 16% responden mengatakan bahwa PR adalah pemilik marketing influencer. Sebanyak 65% dari mereka melaporkan bahwa PR mengambil alih kampanye dan menjalankannya dengan cara yang berlawanan dengan prinsip marketing influencer yang seharusnya.
Laporan menunjukkan bahwa pengaruh dari influencer di dalam perusahaan mulai menunjukkan jejak-jejak yang semakin meluas, dan pemasar mulai melihat gambaran yang lebih besar dan semakin membesar. Peran influence ini mulai berkembang dan melebar ke berbagai sisi seperti program pemasaran, penjualan, dukungan, hingga loyalitas pelanggan.
Sebanyak 94% pemasar ingin mengeksplorasi bagaimana hal tersebut mampu memperbaiki advokasi brand, dan 92% ingin menggunakannya untuk memperluas atau meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap brand atau brand awareness.
Sebanyak 88% ingin menjangkau audiens tertarget yang baru, 86% ingin meningkatkan jumlah share, dan sebanyak 74% bermaksud meningkatkan konversi penjualan.
Laporan menyoroti lebih tentang kegiatan kerja sama jangka pendek, kampanye dan aktivitas berbayar lainnya yang membuka peluang yang inheren pada program strategi “Always-ON” yang berjalan saat kampanye berlangsung.
Untuk mendemonstrasikan keberhasilan bisnis dan menentukan biaya, marketing influencer harus berdiri sendiri dan jadi prioritas untuk mendapatkan sponsorship yang eksekutif. Sebaiknya tidak berdiri sendiri atau sekadar jadi add-on untuk iklan yang ada, atau sekadar digunakan dalam program endorsement atau PR semata.
CEO Traackr, Pierre-Loic Assayag mengatakan, “Model bisnis marketing influencer ini terbukti menjadi pendorong pertumbuhan perusahaan dalam transformasi digital dewasa ini.
CMO harus menjadikan Influence 2.0 sebagai investasi prioritas saat ini untuk memanfaatkan kekuatan dan memimpin dalam pendefinisian ulang dampak pemasaran dalam perusahaan yang terus berkembang dan bergerak maju.
Give your Opinions